Akhir-akhir ini, banyak yang memprotes para produsen sinetron
Indonesia yang dianggap telah kehilangan daya kreatif sehingga akhirnya
menyadur film yang diproduksi orang luar. Tapi, sebenarnya, bagaimana
sih cara membuat film itu? Posting ini bukan sebuah pembelaan, dan bukan
pula sebuah hujatan baru. Hanya ingin menunjukkan… Begini lho, caranya
membuat film. Hitung-hitung, sebagai materi tambahan buat anak-anak saya
di sekolah…
Pada dasarnya, membuat film itu dapat dibagi ke dalam 14 tahapan. Apa saja?
1. IDE
Idealnya, IDE ini harus unik dan original. Tapi, memutuskan untuk
menyadur sebuah karya orang lain itu juga termasuk sebuah IDE lho… Untuk
mencari IDE, banyak cara yang bisa dilakukan. Melakukan pengamatan
terus-menerus, jalan-jalan ke tempat yang aneh dan belum pernah
didatangi manusia, nangkring di pohon asem di pinggir jalan sambil
mengamati kendaraan yang lalu lalang, atau bahkan duduk santai di sebuah
food court di suatu plaza atau mall. Melamun sendirian di dalam kamar
juga bisa mendatangkan ide, kok…
2. Sasaran
Setelah mendapatkan IDE, tentukan sasaran dari film yang akan dibuat.
Koleksi pribadi? Murid SMU? Komunitas S&M? Para Otaku? Para
Blogger? Siapa yang akan menonton film itu nantinya? Itu juga harus
ditentukan dengan jelas di awal. Jangan sampai terjadi, film tersebut
ditujukan untuk anak SMU tapi karena tidak disosialisasikan dengan
jelas, akhirnya dipenuhi adegan berantem penuh darah ala 300
3. Tujuan
IDE dan Sasaran sudah ditetapkan. Yang harus dipastikan selanjutnya
adalah tujuan pembuatan film. Ingin menggugah nasionalisme seperti Naga
Bonar? Ingin menyampaikan pesan terakhir sebelum nge-bom? Ingin
mendapatkan kepuasan pribadi seperti pembuatan film Passion of the
Christ? Apa?
4. Pokok Materi
Berikutnya adalah menyusun pokok materi. Apa sih pesan yang ingin
disampaikan? Ungkapan cinta? Sekedar pesan mengingatkan bahaya merokok?
5. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan yang menggambarkan cerita secara garis
besar. Semacam ide awal gitu loh. Dari sinopsis ini, nantinya bisa
dikembangkan menjadi cerita yang lebih detil.
6. Treatment
Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang nantinya akan
muncul dalam cerita. Tidak mendetil. Contoh treatment itu seperti ini…
Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya.
Kemudian tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum
beranjak pergi, orang itu membuang rokoknya sembarangan. Tiba-tiba
muncul api…
7. Naskah
Naskah adalah bentuk mendetil dari cerita. Dilengkapi dengan berbagai
penjelasan yang mendukung cerita (seting environment, background music,
ekspresi, semuanya…). Contoh naskah itu, seperti ini…
FS. Ali mengayuh becak. Ais duduk merenung, tidak mempedulikan Ali yang bolak-balik menatapnya.
Ali : Dak usah dipikir lah, Mbak…
Ais : (kaget) Heh? Apa, Bang?
8. Pengkajian
Pengkajian disini, adalah yang dilakukan oleh seorang ahli isi
(content) atau ahli media. Yang dikaji, adalah apakah naskahnya sudah
sesuai dengan tujuan semula? Dan hal-hal yang mirip seperti itu…
9. Produksi Prototipe
Proses ini dibagi jadi 3 sub-tahap, yaitu pra-produksi (penjabaran
naskah, casting pemain, pengumpulan perlengkapan, penentuan dan
pembuatan set, penentuan shot yang baik, pembuatan story board,
pembuatan rancangan anggaran, serta penyusunan kerabat kerja), produksi
(pengambilan gambar sesuai dengan naskah dan improvisasi sutradara),
purna-produksi (intinya adalah editing).
10. Uji coba
Uji coba ini dilakukan dengan memutar prototipe di hadapan sekelompok
kecil orang. Kalau produsen film besar, biasanya melakukan ini di
hadapan para kritikus. Tujuannya adalah untuk mengetahui respon dari
calon audiens.
11. Revisi
Setelah ada respon, maka dilakukan perubahan jika diperlukan. Karena itu lah, banyak film yang memiliki
deleted scenes. Itu diakibatkan proses uji coba dan revisi ini.
12. Preview
Preview itu adalah pemutaran perdana, di hadapan para ahli isi, ahli
media, sutradara, produser, penulis naskah, editor, dan semua kru yang
terlibat dalam produksi. Tujuan dari preview ini adalah untuk memastikan
apakah semuanya berjalan lancar sesuai rencana atau ada penyimpangan.
Bisa dikatakan, bahwa preview ini adalah proses pemeriksaan terakhir
sebelum sebuah film diluncurkan secara resmi.
13. Pembuatan Bahan Penyerta
Bahan Penyerta itu adalah poster iklan, trailer, teaser, buku manual
(jika film yang dibuat adalah sebuah film tutorial), dan lain sebagainya
yang mungkin dibutuhkan untuk mensukseskan film ini.
14. Penggandaan
Tahap terakhir adalah penggandaan untuk arsip dan untuk
didistribusikan oleh para Joni (ini terjadi pada jaman dulu kala, waktu
format film digital masih ada di angan-angan).
Nah, demikian lah proses produksi sebuah film. Dari awal sampai
akhir, siap untuk didistribusikan. Jadi, apa lagi yang ditunggu? Mari
kita produksi film-film berkualitas agar tidak dikatakan bahwa sineas
Indonesia telah kehilangan kreatifitas dan tidak bisa memproduksi karya
orisinil lagi. SEMANGAT!!!
http://suandana.wordpress.com/2007/07/06/14-langkah-membuat-film-sendiri/